Arsip untuk Desember 2nd, 2009

02
Des
09

Permainan Tradisional

  1. 1. Permainan Congklak
    1. Pengenalan Permainan Congklak

Permainan congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua orang yang biasanya perempuan. Permainan ini merupakan sarana untuk mengatur strategi dan kecermatan. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Diantar keduanya terdapat lubang yang lebih kecil dari induknya berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap deret berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang kecil tersebut diisi dengan kerang atau biji-bijian sebanyak 7 buah.

  1. Cara Bermain Permainan Congklak

Cara bermainnya adalah dengan mengambil biji-bijian yang ada di lubang bagian sisi milik kita kemudian mengisi biji-bijian tersebut satu persatu ke lubang yang dilalui termasuk lubang induk milik kita (lubang induk sebelah kiri) kecuali lubang induk milik lawan, jika biji terakhir jatuh di lubang yang terdapat biji-bijian lain maka bijian tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai biji terakhir jatuh kelubang yang kosong. Jika biji terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika biji-bijian yang terdapat di lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang paling banyak mengumpulkan biji-bijian ke lubang induk miliknya.

  1. 2. Permainan Egrang
    1. Pengenalan Permainan Egrang

Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti: sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.

Egrang terbuat dari batang bambu dengan panjang kurang lebih 2,5 meter. Sekitar 50 cm dari bawah, dibuat tempat berpijak kaki yang rata dengan lebar kurang lebih 20 cm.

  1. Cara Bermain Permainan Egrang

Cara memainkannya adalah dengan berlomba berjalan menggunakan egrang tersebut dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya. Orang yang paling cepat dan tidak terjatuh dialah pemenangnya.

  1. 3. Permainan Lompat Tali
    1. Pengenalan Permainan Lompat Tali

Lompat tali atau “main karet” pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sekarang, “main karet” mulai dilirik kembali antara lain karena ada sekolah dasar menugaskan murid-muridnya membuat roncean tali dari karet gelang untuk dijadikan sarana bermain dan berolahraga. Alat yang dibutuhkan cukup sederhana. Bisa berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak dijual di pasaran yang dikenal dengan tali skipping. Permainan lompat tali secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang akan berkembang dalam diri anak tersebut.

  1. Cara Bermain Lompat Tali

Cara bermainnya masih tetap sama, bisa dilakukan perorangan ataupun berkelompok. Jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang, batang pohon atau pada apa pun yang memungkinkan, lalu melompatinya. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala dan kaki sambil melompatinya.

Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali dengan gambreng atau hompipah untuk  menentukan dua anak yang kalah sebagai pemegang kedua ujung tali. Dua anak yang kalah akan memegang ujung tali; satu di bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan untuk meregangkan atau mengayunkan tali. Lalu anak lainnya akan melompati tali tersebut. Aturan permainannya simpel; bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang tali.

02
Des
09

TANDA BACA

1. Tanda Titik (.)
a. Tanda Titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
saya suka minum es teh.
Sebuah kalimat diakhiri dengan tanda titik, apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan, cara ini dipakai dalam penulisan karya ilmiah.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh:
• Dhimas Luthfi H.
• M. Alwi Susanto
Tetapi apabila nama ditulis dengan lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh:
• Sandy Chanester
• Sigit Purnomo
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, sapaan.
Contoh:
• M.Pd (Magister Pendidikan)
• Tn. (Tuan)
• Dr. (Doktor)
d. Tanda singkat dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
• dll. (dan lain-lain)
• Yth. (yang terhormat)
• Dsb. (dan sebagainya)
Dalam penulisan karya ilmiah seperti skripsi, tesis, makalah, laporan tidak dianjurkan mempergunakan singkatan.
e. Tanda titik dibelakang huruf dalam suatu bagian ikhtisar atau suatu daftar.
Contoh:
Persiapan Ujian Akhir Semester
A. Peraturan Ujian Akhir Semester
B. Syarat Ujian Akhir Semester
Jika berupa angka, maka urutan angka tersebut dapat disusun seperti berikut ini dan tanda titik tidak dipakai pada akhir sistem desimal.
Contoh:
• 1.1
• 1.1.2
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Contoh:
• Pukul 07:10:35 (pukul 7 lewat 10 menit 35 detik)
• Pukul 10:05:35 (pukul 10 lewat 5 menit 35 detik)
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
• Nama Dhimas terdapat dalam halaman 535 dan dicetak tebal
• Nomor giro 021535 telah saya berikan kepada Erna
h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata atau gabungan keduanya, yang terdapat didalam nama badan pemerintah, lembaga-lembaga nasional didalam akronomi yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
• Dirjen (Direktur Jendral)
• UAN (Ujian Akhir Nasional)
• SMP (Sekolah Menengah Pertama)
• ILO (International Labor Organization)
i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang.
Contoh:
• NaCl (Natrium Clorida)
• 35 kg
• 35 liter
• Rp 350, 00
j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Contoh:
• Latar Belakang Pembuatan Proposal
• Susunan Acara
k. Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.
Contoh:
• Jalan Raden Soeprapto 21
• Purwodadi, 21 November 2009
• Yth. Bpk. Dhimas
Jalan Raden Soeprapto 21
Purwodadi Grobogan

2. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh:
• Saya membeli buku tulis, pensil, dan karet penghapus
Contoh penggunaan tanda koma yang salah
• Saya menjual pisang, jambu dan durian
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh:
• Dirimu cantik seperti bintang yang ada dilangit
• Saya sudah mengerjakan PR, tetapi bukunya tertinggal di rumah
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
• Kalau ada uang, pasti akan aku belikan
• Karena rajin belajar, ia naik kelas dengan nilai yang bagus
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh:
• Pasti akan aku belikan kalau ada uang
e. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
• Oleh karena itu, aku bisa mendapatkannya
• Jadi, pada akhirnya dia jadi membeli laptop
f. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
• Aduh, kakiku tertusuk duri
• Wah, bukan main cantiknya
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
• Kata Ahmad, “dia pintar dan rajin menabung”
h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan tanggal, (ii) bagian-bagian kalimat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
• Purwodadi, 21 November 2009
• Purwodadi, Indonesia
i. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
• Jogiyanto Hartono, MBA, Ph.D., Pengenalan Komputer (Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem Informasi dan Intelegensi Buatan), Yogyakarta: Andi Offset, 1999.
• Yogiyanto, H.M., Analisa dan Desain Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi Offset, 2003.
j. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
• I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk pembelajaran (Bandung: UP Indonesia, 1990), halaman 22.
k. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
• Dhimas Luthfi Herjunanto, S.Pd.
• Dra. H.M. Syahbani
l. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
• 64, 5 kg
• 60, 5 m
m. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
• Pencipta komputer, Bill Gates, pandai sekali
n. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
• Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
o. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh:
• “dimana Ahmad tinggal?”, tanya Dhimas
3. Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Contoh:
• Malam makin larut; kami belum selesai mengerjakan tugas itu
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
• Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur, adik sedang belajar; saya sendiri asyik menonton televisi.
4. Tanda Titik Dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
• FKIP UKSW memiliki enam progdi: PGSD, Pendidikan Matematika, Pendidikan Sejarah, Pendidikan Ekonomi, BK, dan PPKn
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
• Ketua : Dhimas Luthfi Herjunanto
• Wakil Ketua : Erna Sumaryati
• Sekretaris : Michael Nugroho
• Bendahara : Maida Ayu Mahardika
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
• Dhimas : “Jangan lupa perbaiki genteng yang bocor itu!”
• Michael : “Siap Pak!”
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
• (i) Tempo, I (2000), 35:5
• (ii) Surah Al Fatikhah: 6
• (iii) Karangan Ali Mahmudi, Pendidikan Bahasa Indonesia: Sebuah Studi sudah terbit.
e. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
• Kita memerlukan buku tulis, karet penghapus, dan pensil

5. Tanda Hubung
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
• ….dia beli ba-
ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
Contoh:
• …. masalah i-
tu akan diproses.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dan belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya ada pergantian baris.
Contoh:
• …. cara baru meng-
ukur panas
akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
contoh:
• ………mengharga-
i pendapat.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak
tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh: p-e-n-g-u-r-u-s
e. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Contoh:
• ber-evolusi dengan be-revolusi
• dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
• Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah
• PN dengan di-PN-kan.
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbulan atau kata.
Contoh:
• se-Indonesia
• hadiah ke-2
• tahun 50-an
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
• di-charter
• pen-tackle-an
6. Tanda Pisah
a Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar
Dalam pengetikan karangan ilmiah, tanda pisah dinyatakan dengan 2 tanda hubung tanpa jarak.
Contoh: Semarang—Ibu kota Jawa Tengah—terletak di Pulau Jawa
b. Tanda pisah menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’, atau ‘sampai’.
Contoh:
• 2005—2009
• Semarang—Jakarta
• 10—13 November 2009
7. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Contoh: berapa harga buku ini pak?
b. Tanda Tanya dipakai dalam di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh: uang sebanyak 50 juta rupiah (?) hilang
8. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
• Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
• Sampai hati ia membuang anaknya!
9. Tanda Kurung ( (…) )
a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh:
• Bagian Keuangan sudah selesai menyusun anggaran tahunan kantor yang akan dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) besok
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
• Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
• Pembalap itu berasal dari (kota) Purwodadi.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
• Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
10. Tanda Petik (“…”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh: “Aku akan berangkat” kata Dhimas, “tunggu sebentar!”.
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Sajak “Berdiri Aku: terdapat pada halaman 5 buku tersebut.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh: ia memakai celana panjang yang ketat yang dikalangan remaja dikenal dengan nama “celana pensil”.
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung
Contoh: kata Ahmad, “saya mempunyai dua pasang sepatu”.
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat yang ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh: karena gaya rambutnya, Bangkit mendapat julukan “Si Kribo”.

02
Des
09

UNSUR-UNSUR INTRINSIK PROSA CERITA

Pengantar
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud analisis intrinsik adalah mencoba memahami suatu karya sastra berdasarkan informasi-informasi yang dapat ditemukan di dalam karya sastra aitu atau secara eksplisit terdapat dalam karya sastra. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa suatu karya sastra menciptakan duianya sendiri yang berberda dari dunia nyata. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia karya sastra merupakan fiksi yang tidak berhubungan dengan dunia nyata. Karena menciptakan dunianya sendiri, karya sastra tentu dapat dipahami berdasarkan apa yang ada atau secara eksplisit tertulis dalam teks tersebut.
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa unsur intrinsik terdiri dari
a. Tokoh dan penokohan/perwatakan tokoh
b. Tema dan amanat
c. Latar
d. Alur
e. Sudut pandang/gaya penceritaaan
Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas unsur-unsur tersebut
I. TOKOH
Yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita.
Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.
b. Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu
a. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonis atau antagonis).
b. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Tokoh datar/sederhana/pipih. Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).
b. Tokoh bulat/komplek/bundar. Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.
II. PENOKOHAN
Yang dimaksud penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada beberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu
a. Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b. Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c. Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM., ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu
a. Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama abagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
b. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
c. Melalui penggambaran fisik tokoh.
d. Melalui pikiran-pikirannya
e. Melalui penerangan langsung.
Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.
III. ALUR
Alur adalah urutaan atau rangkaian peristiwa dalam cerita rekaan. Urutan peristiwa dapat tersusun berdasarkan tiga hal, yaitu
a. Berdasarkan urutan waktu terjadinya. Alur dengan susunan peristiwa berdasarkan kronologis kejadian disebut alur linear
b. Berdasarkan hubungan kausalnya/sebab akibat. Alur berdasarkan hubungan sebab-akibat disebut alur kausal.
c. Berdasarkan tema cerita. Alur berdasarkan tema cerita disebut alur tematik.
Struktur Alur
Setiap karya sastra tentu saja mempunyai kekhususan rangkaian ceritanya. Namun demikian, ada beberapa unsur yang ditemukan pada hampir semua cerita. Unsur-unsur tersebut merupakan pola umum alur cerita. Pola umum alur cerita adalah
a. Bagian awal
1. paparan (exposition)
2. rangkasangan (inciting moment)
3. gawatan (rising action)
b. Bagian tengah
4. tikaian (conflict)
5. rumitan (complication)
6. klimaks
c. Bagian akhir
7. leraian (falling action)
8. selesaian (denouement)
Bagian Awal Alur
Jika cerita diawali dengan peristiwa pertama dalam urutan waktu terjadinya, dikatakan bahwa cerita itu disusun ab ovo. Sedangkan jika yang mengawali cerita bukan peristiwa pertama dalam urutan waktu kejadian dikatakan bahwa cerita itu dudun in medias res.
Penyampaian informasi pada pembaca disebut paparan atau eksposisi. Jika urutan konologis kejadian yang disajikan dalam karya sastra disela dengan peristiwa yang terjadi sebelumnya, maka dalam cerita tersebut terdapat alih balik/sorot balik/flash back.
Sorot balik biasanya digunakan untuk menambah tegangan/gawatan, yaitu ketidakpastian yang berkepanjangan dan menjadi-jadi. Dalam membuat tegangan, penulis sering menciptakan regangan, yaitu proses menambah ketegangan emosional, sering pula menciptakan susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan. Sarana lain yang dapat digunakan untuk menciptakan tegangan adalah padahan (foreshadowing), yaitu penggambaran peristiwa yang akan terjadi.
Bagian Tengah Alur
Tikaian adalah perselisihan yang timbul sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Perkembangan dari gejala mula tikaian menuju ke klimaks cerita disebut rumitan. Rumitan mempersiapkan pembaca untuk menerima seluruh dampak dari klimaks. Klimaks adalah puncak konflik antartokoh cerita.
Bagian Akhir Alur
Bagian sesudah klimaks adalah leraian, yaitu peristiwa yang menunjukkan perkembangan peristiwa ke arah selesaian. Selesaian adalah bagian akhir atau penutup cerita.
Dalam membangun peristiwa-peristiwa cerita, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah
a. faktor kebolehjadian (pausibility). Yaitu peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya meyakinkan, tidak selalu realistik tetapi masuk akal. Penyelesaian masalah pada akhir cerita sesungguhnya sudah terkandung atau terbayang di dalam awal cerita dan terbayang pada saat titik klimaks.
b. Faktor kejutan. Yaitu peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak/dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan peristiwa-peristiwa cerita menjadi dinamis.
Selain itu ada hal yang harus dihindari dalam alur, yaitu lanturan atau digresi. Lanturan atau digresi adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
Macam Alur
Pada umumnya orang membedakan alur menjadi dua, yaitu alur maju dan alur mundur. Yang dimaksud alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian. Sedangkan yang dimaksud alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian.
Pembagian seperti itu sebenarnya hanyalah salah satu pembagian jenis alur yaitu pembagian alur berdasarkan urutan waktu. Secara lebih lengkap dapat dikatakan bahwa ada tiga macam alur, yaitu
a. alur berdasarkan urutan waktu
b. alur berdasarkan urutan sebab-akibat
c. alur berdasarkan tema. Dalam cerita yang beralur tema setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Dalam hubungannya dengan alur, ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami. Pertama, alur bawahan. Alur bawahan adalah alur cerita yang ada di samping alur cerita utama. Kedua, alur linear. Alur linear adalah rangkaian peristiwa dalam cerita yang susul-menyusul secara temporal. Ketiga, alur balik. Alur balik sama dengan sorot balik atau flash back. Keempat, alur datar. Alur datar adalah alur yang tidak dapat dirasakan adanya perkembangan cerita dari gawatan, klimaks sampai selesaian. Kelima, alur menanjak. Alur menanjak adalah alur yang jalinan peristiwanya semakin lama semakin menanjak atau rumit.
IV. LATAR
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk topografi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh, waktu berlakunya kejadian, musim, lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional tokoh.
MACAM LATAR
Latar dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Latar fisik/material. Latar fisik adalah tempat dalam ujud fisiknya (dapat dipahami melalui panca indra).
Latar fisik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Latar netral, yaitu latar fisik yang tidak mementingkan kekhususan waktu dan tempat.
b. Latar spiritual, yaitu latar fisik yang menimbulkan dugaan atau asosiasi pemikiran tertentu.
2. Latar sosial. Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikap, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain.
FUNGSI LATAR
Ada beberapa fungsi latar, antara lain
1. memberikan informasi situasi sebagaimana adanya
2. memproyeksikan keadaan batin tokoh
3. mencitkana suasana tertentu
4. menciptakan kontras
V. TEMA DAN AMANAT
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Ada beberapa macam tema, yaitu
a. Ada tema didaktis, yaitu tema pertentangan antara kebaikan dan kejahatan
b. Ada tema yang dinyatakan secara eksplisit
c. Ada tema yang dinyatakan secara simbolik
d. Ada tema yang dinyatakan dalam dialog tokoh utamanya
Dalam menentukan tema cerita, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
a. minat pribadi
b. selera pembaca
c. keinginan penerbit atau penguasa
Kadang-kadang terjadi perbedaan antara gagasan yang dipikirkan oleh pengarang dengan gagasan yang dipahami oleh pembaca melalui karya sastra. Gagasan sentral yang terdapat atau ditemukan dalam karya sastra disebut makna muatan, sedangkan makna atau gagasan yang dimaksud oleh pengarang (pada waktu menyusun cerita tersebut) disebut makna niatan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan makna aniatan kadang-kadang tidak sama dengan makna muatan
a. pengarang kurang pandai menjabarkan tema yang dikehendakinya di dalam karyanya.
b. Beberapa pembaca berbeda pendapat tentang gagasan dasar suatu karta.
Yang diutamakan adalah bahwa penafsiran itu dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya unsur-unsur di dalam karya sastra yang menunjang tafsiran tersebut.
Dalam suatu karya sastra ada tema sentral dan ada pula tema samapingan. Yang dimaksud tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Yang dimaksud tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral.
Ada tema yang terus berulang dan dikaitkan dengan tokoh, latar, serta unsur-unsur lain dalam cerita. Tema semacam itu disebut leitmotif. Leitmotif ini mengantar pembaca pada suatu amanat. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
VI. POINT OF VIEW
Bennison Gray membedakan pencerita menjadi pencerita orang pertama dan pencerita orang ketiga.
1. Pencerita orang pertama (akuan).
Yang dimaksud sudut pandang orang pertama adalah cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan akuan.Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencnerita menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
b. Pencerita akuan taksertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2. Pencerita orang ketiga (diaan).
Yang dimaksud sudut pandang orang ketiga adalah sudut pandang bercerita di mana tokoh pencnerita tidak terlibat dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian terhadap tokoh cerita.
b. Pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatik yang diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang dilihatnya saja.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri.
Jakob Sumardjo membagi point of view menjadi empat macam, yaitu
a. Sudut penglihatan yang berkuasa (omniscient point of view). Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya.
b. Sudut penglihatan obyektif (objective point of view). Pengarang serba tahu tetapi tidak memberi komentar apapun. Pembaca hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat oleh pengarang.
c. Point of view orang pertama. Pengarang sebagai pelaku cerita.
d. Point of view peninjau. Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian kita ikuti bersama tokoh ini.
Menurut Harry Shaw, sudut pandang dalam kesusastraan mencakup
a. Sudut pandang fisik. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita.
b. Sudut pandang mental. Yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang diceritakannya.
c. Sudut pandang pribadi. Adalah sudut pandang yang menyangkut hubungan atau keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang diceritakan. Sudut pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu pengarang menggunakan sudut pandang tokoh sentral, pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan pengarang menggunakan sudut pandang impersonal (di luar cerita).
Menurut Cleanth Brooks, fokus pengisahan berbeda dengan sudut pandang. Fokus pengisahan merupakan istilah untuk pencerita, sedangkan sudut pandang merupakan istilah untuk pengarang. Tokoh yang menjadi fokus pengisahan merupakan tokoh utama cerita tersebut. Fokus pengisahan ada empat, yaitu
a. Tokoh utama menyampaikan kisah dirinya.
b. Tokoh bawahan menyampaikan kisah tokoh utama.
c. Pengarang pengamat menyampaikan kisah dengan sorotan terutama kepada tokoh utama.
d. Pengarang serba tahu.

Unsur-unsur dalam Karya Sastra
Ada dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan. Unsur ekstrinsik ini meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik (persoalan sejarah), ekonomi, dsb. Sementara unsur intrinsik terdiri atas:
Tema
Pokok persoalan dalam cerita.
Karakter
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda
Karekter dapat dibagi menjadi:
• Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam cerita
• Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
• Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema
• Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
• Karakter statis (Flat/static character) : karakter yang tidak mengalami perubahan kepribadian atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
• Karakter dinamis (Round/ dynamic character): karakter yang mengalami perubahan kepribadian dan cara pandang. Karakter ini biasanya dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.
Catatan: karakter pembantu biasanya adalah karakter statis karena tidak digambarkan secara detail oleh penulis sehingga perubahan kepribadian dan cara pandangnya tidak pernah terlihat secara jelas.
Karakterisasi
Cara penulis menggambarkan karakter. Ada banyak cara untuk menggali penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu secara naratif dan dramatik. Teknik naratif berarti karakterisasi dari tokoh dituliskan langsung oleh penulis atau narator. Teknik dramatik dipakai ketika karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan karakter lain, pendapat karakter lain, dsb.
Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
Konflik eksternal Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat :
Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
Seting
Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita
Plot
Jalan cerita dari awal sampai selesai
• Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai memunculkan konflik/ permasalahan)
• Klimaks : puncak konflik/ ketegangan
• Falling action: penyelesaian
Simbol
Simbol digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak (kematian)
Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
• Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
• Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
• Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia.
Teknik penggunaan bahasa
Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa.

02
Des
09

Contoh Pidato Sambutan Serah Terima Jabatan

Asalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera bagi kita semua. Kepada yang terhormat bapak Siswanto Hadi, yang saya hormati Bapak Ngadiono, teman-teman bapak dan ibu guru serta para karyawan sekolah SD Genuk Suran 3 yang saya kasihi.
Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya pada hari ini kita dapat berkumpul ditempat ini guna mengadakan acara serah terima jabatan kepala sekolah kita SD Genuk Suran 3.
Para hadirin yang saya hormati, ijinkanlah saya mewakili teman-teman guru dan karyawan sekolah SD Negeri Genuk Suran 3 untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dalam rangka acara serah terima jabatan kepala sekolah SD Genuk Suran 3.
Selama ini kepala sekolah kita yang sebentar lagi meninggalkan sekolah tercinta kita ini, bapak Siswanto Hadi telah memberikan yang terbaik untuk sekolah kita. Usaha beliau untuk menjadikan sekolah kita ini untuk menjadi lebih baik telah menampakkan hasil, salah satunya sekolah kita mendapatkan bantuan untuk pengembangan kelas dan pengembangan teknologi informasi bagi sekolah kita. Beliau pun menjadi contoh dan panutan yang baik bagi guru-guru yang lain dan bagi karyawan sekolah. Kami berharap semoga Bapak Siswanto Hadi dapat meneruskan prestasinya di sekolah yang baru. Dan kami mengucapkan selamat datang kepada bapak kepala sekolah yang baru yaitu bapak Ngadiono. Harapan kami semua tentunya agar sekolah kita ini bisa lebih baik lagi kedepan dan tentunya menjadi sekolah favorit dan kebanggaan bagi siswa yang bersekolah disini, dan tentunya harapan dari teman-teman guru dan karyawan sekolah Bapak Ngadiono dapat pula menjadi contoh dan panutan yang baik bagi warga sekolah semuanya. Mudah-mudahan dengan pergantian kepala sekolah ini SD Genuk Suran 3 bisa menjadi lebih baik dan tetap menjadi kebanggaan kita semua.
Akhir kata, saya mewakili teman-teman guru dan karyawan sekolah SD Negeri Genuk Suran 3 mengucapkan semoga sukses untuk bapak Siswanto Hadi di sekolah yang baru nantinya, dan kami ucapkan selamat datang kepada bapak Ngadiono yang pada hari ini akan menjadi kepala sekolah kita yang baru dan harapan kami teman-teman guru dan para karyawan sekolah tentunya SD Negeri 3 bisa menjadi lebih baik lagi dibawah kepemimpinan bapak Ngadiono sebagai kepala sekolah SD Negeri 3 yang baru. Sekian dari saya dan terima kasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada saya.
Wasalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

02
Des
09

Unsur-unsur dalam Karya Sastra

Ada dua unsur utama dalam karya sastra, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan karya sastra dan mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan. Unsur ekstrinsik ini meliputi: latar belakang kehidupan penulis, keyakinan dan pandangan hidup penulis, adat istiadat yang berlaku pada saat itu, situasi politik (persoalan sejarah), ekonomi, dsb. Sementara unsur intrinsik terdiri atas:
Tema
Pokok persoalan dalam cerita.
Karakter
Tokoh dalam cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda
Karekter dapat dibagi menjadi:
• Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam cerita
• Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
• Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema
• Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
• Karakter statis (Flat/static character) : karakter yang tidak mengalami perubahan kepribadian atau cara pandang dari awal sampai akhir cerita.
• Karakter dinamis (Round/ dynamic character): karakter yang mengalami perubahan kepribadian dan cara pandang. Karakter ini biasanya dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.
Catatan: karakter pembantu biasanya adalah karakter statis karena tidak digambarkan secara detail oleh penulis sehingga perubahan kepribadian dan cara pandangnya tidak pernah terlihat secara jelas.
Karakterisasi
Cara penulis menggambarkan karakter. Ada banyak cara untuk menggali penggambaran karakter, secara garis besar karakterisasi ditinjau melalui dua cara yaitu secara naratif dan dramatik. Teknik naratif berarti karakterisasi dari tokoh dituliskan langsung oleh penulis atau narator. Teknik dramatik dipakai ketika karakterisasi tokoh terlihat dari antara lain: penampilan fisik karakter, cara berpakaian, kata-kata yang diucapkannya, dialognya dengan karakter lain, pendapat karakter lain, dsb.
Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:

Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
Konflik eksternal Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
Seting
Keterangan tempat, waktu dan suasana cerita
Plot
Jalan cerita dari awal sampai selesai
• Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai memunculkan konflik/ permasalahan)
• Klimaks : puncak konflik/ ketegangan
• Falling action: penyelesaian
Simbol
Simbol digunakan untuk mewakili sesuatu yang abstrak. Contoh: burung gagak (kematian)
Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
• Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
• Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
• Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia.
Teknik penggunaan bahasa
Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik juga membuat tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya penggunaan majas, idiom dan peribahasa

02
Des
09

Sang Bangau yang Serakah

Disuatu daerah terdapat tempat yang sangat indah. Danau Genuk adalah sebuah danau yang sangat indah didaerah tersebut. Pemandangan di danau Genuk sangatlah indah dan elok dipandang mata. Bermacam-macam jenis hewan air dan ikan merasa nyaman dan tentram hidup di danau Genuk. Pada suatu hari datanglah penghuni baru. Penghuni baru itu adalah seekor burung bangau yang sering dipanggil dengan nama si burung bangau. Tak sengaja ia terbang diatas danau Genuk. Ia amat sangat terpesona akan keindahan danau tersebut. Dengan segera ia mendekati danau tersebut dan mulai menjalankan tipu muslihatnya. Di tepi danau tersebut ia mengambil sikap berdiri dengan satu kaki menghadap ke arah danau Genuk, seakan-akan si burung bangau menjadi seekor burung bangau pertapa yang telah meninggalkan semua nafsu dunianya.
Berhari-hari ia bersikap seperti itu tanpa bergerak sedikitpun dari tempat ia bertapa. Pada akhirnya, lama-kelamaan ikan-ikan yang hidup di danau itu menjadi heran terhadap si burung bangau dan mereka berusaha mendekati si burung bangau yang sedang bertapa. Tiga ekor ikan berusaha lewat didepan si burung bangau. Namun si burung bangau tidak berubah sedikit pun sikapnya terhadap tempatnya bertapa. Ia seolah-olah tidak mempunyai nafsu lagi untuk menikmati keindahan dunia ini. Akhirnya ikan-ikan yang hidup di danau tersebut tidak merasa takut lagi pada si burung bangau yang dikiranya akan memangsa diri mereka semua. Pada suatu hari, raja ikan bertanya kepada si burung bangau, “mengapa kau sedih wahai burung bangau?”.
Si burung bangau menjawab, “Oh wahai ikan yang baik, aku berbuat demikian karena atas kehendak dewa. Aku telah sadar atas perbuatanku yang telah berlalu, yang membuat diriku ini sangat berdosa besar dihadapan dewa-dewa. Karena itulah aku ingin menebus semua dosa-dosaku semua dengan petunjuknya dan mulai saat ini aku tidak akan memusuhi lagi segala makhluk yang ada di danau ini, termasuk kalian para ikan, apalagi sampai memakan kalian semua”. Para ikan pun sangat gembira mendengar kabar ini. Namun beberapa hari kemudian para ikan heran ketika melihat si burung bangau menangis lagi. Maka sang raja ikan bertanya lagi pada si burung bangau, “hai burung bangau, mengapa kamu menangis lagi?. Si burung bangau menjawab sambil terisak-isak sedih, “oh wahai para ikan, sangat sedihnya diriku ini”. “Mengapa demikian burung bangau?”, Tanya raja ikan lagi kepada si burung bangau.
Si burung bangau pun menjawab, “sebenarnya akan datang bencana yang sangat besar yang akan menimpa kita semua, bahwa sebentar lagi para nelayan akan mengadakan penangkapan ikan secara besar-besaran. Mereka telah mempersiapkan banyak pancing dan jala untuk menangkap semua ikan yang ada di danau ini. Oh para ikan hal itu yang kupikirkan selama ini, oleh karena itu aku hanya dapat berpesan, berhati-hatilah kalian semua. Aku sangat berdosa tidak dapat melindungi kalian dari bencana akibat dari keserakahan para nelayan itu”.
Mendengar berita dari si burung bangau, para ikan sangat sedih hatinya. Mereka saling bertangisan dan meratapi nasib buruk ini dihadapan si burung bangau. “oh wahai burung bangau, tidak dapatkah engkau memberikan pertolongan kepada kami agar terlepas dari bencana besar ini?”, Tanya si raja ikan kepada si burung bangau. Hmm…, wahai para ikan aku punya akal agar kalian bisa terbebas dari bencana besar ini, akan kupindahkan kalian semua satu persatu ke danau yang lain yang dekat dengan danau ini” jawab si burung bangau.
Karena rasa takut yang begitu besar terhadap bencana ini, maka para ikan mau dan bersedia diterbangkan satu persatu untuk dipindahkan ke danau yang lain. Akan tetapi si burung bangau tidak menerbangkan para ikan ketempat yang telah dijanjikan, melainkan diterbangkan menuju sarang si burung bangau untuk dijadikan makanan si burung bangau.
Di sarang si burung bangau dilahapnya para ikan-ikan tersebut. Demikian sampai semua ikan di danau Genuk habis. Hingga tersisa satu ekor ketam yang belum pindah dari danau, dan akhirnya si ketam diterbangkan ke danau yang telah dijanjikan si burung bangau. Namun, si burung bangau tidak menerbangkan si ketam ketempat yang telah dijanjikannya, tetapi dibawa kesarang si burung bangau. Si ketam pun melihat banyak sekali darah dan duri-duri ikan yang berserakan di sarang si burung bangau.
Si ketam pun akhirnya tahu bahwa dirinya akan dimangsa si burung bangau. Si ketam pun tidak mau bernasib sama dengan para ikan yang menjadi santapan si burung bangau. Ketika si burung bangau hendak memakannya, dengan sigapnya si ketam menjepit leher si burung bangau. Si burung bangau menggelepar-gelepar tidak berdaya. “lepaskan aku! lepaskan!” teriak si burung bangau dengan suara kencang. Si ketam pun semakin erat memperkuat jepitannya pada leher si burung bangau hingga pada akhirnya leher si burung bangau putus akibat jepitan yang sangat kuat oleh capit si ketam. Pada akhirnya si burung bangau mati di tangan si ketam akibat keserakahannya yang ingin memakan si ketam.




Desember 2009
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031